PODCAST

Adopsi Teknologi Blockchain Bimbing Transformasi Digital Bank BRI

Teknologi blockchain membuat membuat penyimpanan dan pertukaran data menjadi lebih transparan dan efisien. Baca selengkapnya tentang apa itu blockchain di sini.

Nitia Rahmi

Nitia Rahmi

22 Februari 2022 • 7 mins reading

Adopsi Teknologi Blockchain Bimbing Transformasi Digital Bank BRI

Teknologi blockchain erat kaitannya dengan Bitcoin. Namun, sebenarnya apa itu blockchain? Apakah blockchain sama dengan Bitcoin atau mata uang kripto lain? 

Nyatanya tidak. Blockchain memang mulai populer sejak munculnya Bitcoin, tetapi Bitcoin sendiri hanyalah salah satu contoh dari penerapan teknologi blockchain. Terlepas dari cryptocurrency, teknologi blockchain adalah teknologi yang memungkinkan penyimpanan dan pertukaran data maupun aset menjadi lebih transparan, immutable, aman, serta efisien karena semua aktivitas tersebut dilakukan tanpa perantara. 

Apa Itu Blockchain: Sejarah, Konsep, Prinsip Utama, hingga Jenis Blockchain

Pegawai BRI memanfaatkan teknologi blockchain


Sejarah Singkat Blockchain


Sebenarnya, blockchain bukanlah hal yang baru. Di tahun 1991, Stuart Haber dan W. Scott Stornetta mendesain teknik penyimpanan data yang terdesentralisasi melalui jaringan block yang diamankan dengan enkripsi kriptografi. Kemudian, teknologi ini terus berkembang hingga pada tahun 2008, Satoshi Nakamoto memperkenalkan Bitcoin yang menerapkan konsep blockchain

Blockchain memang merupakan tulang punggung dari mata uang kripto (cryptocurrency). Namun pada dasarnya, penerapan teknologi blockchain lebih luas dari itu. 

Secara fundamental, blockchain adalah database biasa. Akan tetapi, dengan blockchain, penyimpanan data menjadi terdesentralisasi, transparan, immutable dan sangat aman karena blockchain menerapkan kriptografi pada setiap data yang disimpan. Dengan fitur-fitur tersebut, aplikasi berbasis blockchain memungkinkan pertukaran aset dilakukan secara aman dan tanpa adanya pihak ketiga.

Maka, jika sebelumnya kita mengenal istilah “internet of data”, blockchain membuat istilah tersebut bertransformasi menjadi internet of value, di mana seluruh pertukaran aset dapat terjadi di internet. Konsep inilah yang menjadikan teknologi blockchain sebagai dasar teknologi Web 3.0 atau yang lebih kita kenal dengan sebutan metaverse, yang memungkinkan aset-aset digital dipertukarkan di ‘dunia meta’. 

Selain itu, karena seluruh aktivitas dalam jaringan blockchain dilakukan tanpa perantara, teknologi blockchain juga memungkinkan mekanisme “smart contract”. Smart contract membuat penerjemahan kontrak konvensional berbasis kertas diubah sepenuhnya menjadi seperangkat kode yang akan tereksekusi secara otomatis apabila semua kondisi terpenuhi.

Konsep Blockchain


Teknologi blockchain menerapkan konsep pembukuan yang terdesentralisasi (decentralized ledger), yakni protokol penyimpanan dan pendistribusian data di banyak tempat. Melalui sistem tersebut, setiap data disimpan di dalam block yang saling terhubung seperti rantai (chain). Baik data maupun block yang menjadi tempat penyimpanannya diamankan dengan sistem kriptografi. 

Blockchain terdiri atas tiga elemen kunci, yaitu block, chain, dan network

1. Block


Block adalah catatan transaksi data dalam suatu periode tertentu. ‘Transaksi’ yang dimaksud dapat menggambarkan aktivitas apa pun. Seluruh peraturan terkait block ditentukan sejak awal jaringan blockchain dibentuk. Misalnya, jumlah maksimal transaksi yang tercatat dalam satu block dapat ditentukan di awal.

2. Chain


Ketika block mencapai batas maksimumnya, maka akan terbentuk block baru yang terhubung dengan block sebelumnya melalui hash. Hash adalah suatu algoritma pengaman dengan cara mengambil variabel-variabel tertentu dari data yang tersimpan dalam suatu block. 

Sederhananya, hash merupakan kunci pengaman agar data tidak dapat diubah. Mekanismenya seperti ini: sebuah block menyimpan hash block itu sendiri dan hash block sebelumnya. Dengan begitu, akan terbentuk ‘rantai’ (chain) yang menghubungkan blocks tersebut. Hal inilah yang membuat isi block sulit untuk diubah atau dimanipulasi karena aktivitas tersebut akan menyebabkan rantai antara block terputus. 

Satu-satunya cara adalah dengan menebak atau memperbaiki hashing pada block yang akan diubah, sehingga rantai tidak terputus dengan melakukan mining hingga block terakhir. Namun, hal tersebut hampir tidak mungkin dan sangatlah sulit dilakukan karena membutuhkan tenaga, waktu serta mesin yang sangat besar. 

3. Network


Sebuah network terdiri atas kumpulan nodes. Nodes adalah komputer-komputer fisik maupun virtual machine di cloud yang saling terhubung dalam jaringan blockchain (blockchain network). Setiap node dapat terdiri dari beberapa block yang menyimpan seluruh catatan transaksi. 

Ilustrasi penerapan blockchain dalam Bitcoin
Ilustrasi penerapan blockchain dalam Bitcoin
(Sumber: NARA Blockchain White Paper)


Prinsip Utama Blockchain


Elemen dan sistem kerja seperti di atas membuat blockchain memiliki empat prinsip utama, yakni:

1. Desentralisasi


Blockchain adalah jaringan peer-to-peer (P2P) yang memungkinkan komunikasi terjadi tanpa adanya perantara. Di dalam jaringan blockchain, tidak ada satu entitas tunggal yang menjadi pusat karena semua nodes berperan sebagai pusat dari seluruh data.

Sebelum data ditulis pada blockchain, data tersebut harus lulus validasi dan verifikasi oleh seluruh nodes pada blockchain network. Inilah yang dikenal dengan istilah konsensus. Konsensus menjamin data yang ditulis di block valid.

Dengan kata lain, apabila akan terjadi penulisan data, seluruh entitas yang ada di dalam blockchain harus menyetujuinya sebelum bisa ditindaklanjuti. Karena sifatnya yang terdesentralisasi inilah, blockchain sangat aman dari upaya peretasan.  

2. Transparansi


Dalam jaringan blockchain, transparansi antara pihak yang tergabung menjadi modal penting dalam pengambilan keputusan. Semua memiliki hak untuk menentukan pilihan sehingga menjamin kepercayaan (trust) antara seluruh pihak. 

Kepercayaan tersebut dibangun bukan atas dasar keterpaksaan, melainkan dari intuisi sesama pengguna di jaringan blockchain dan didukung oleh teknologi itu sendiri. Meskipun transparan, namun permission pada blockchain tetap bisa diatur, terutama pada tipe private/consortium blockchain. 

3. Immutability


Immutability adalah kemampuan teknologi blockchain untuk memastikan setiap data di dalam block tidak bisa diubah. Seluruh aktivitas pertukaran data tercatat secara permanen dalam bentuk hashing sehingga mustahil untuk diedit, diubah, dan diganti. Sifat ini juga membuat entitas asing tidak mungkin melakukan pemalsuan atau peretasan data.

4. Keamanan


Dalam jaringan blockchain, pertukaran data antara block difasilitasi oleh Public Key Infrastructure (PKI). PKI adalah mekanisme enkripsi data melalui implementasi asimetris kriptografi untuk menjamin keamanan, autentikasi, dan  otorisasi pada proses pertukaran data. 

Dengan jaminan keamanan yang diberikan, PKI menjadi salah satu alasan blockchain memungkinkan terjadinya transaksi antara untrusted parties tanpa perlu melalui perantara (intermediary).

Baca juga: Minimum Viable Product, Maju Perlahan untuk Menjadi Yang Terdepan

Jenis Struktur Blockchain


Jenis struktur blockchain dapat dibedakan berdasarkan hak akses para anggotanya. Ada empat jenis struktur blockchain, yaitu:

1. Public blockchain


Pada dasarnya, public blockchain memungkinkan siapapun untuk keluar-masuk sebuah jaringan blockchain. Selain itu, setiap node memiliki hak yang sama untuk membaca data, membuat block data baru, dan memverifikasi block data. Public blockchain terdesentralisasi secara keseluruhan. 

Umumnya, public blockchain digunakan untuk melakukan transaksi dan penambangan (mining) mata uang kripto (cryptocurrency). Contoh public blockchain yang populer adalah Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin. 

2. Private blockchain


Dalam private blockchain, jaringan blockchain diatur oleh satu entitas tunggal. Sebagai pemegang kendali, entitas tersebut dapat menentukan siapa yang berhak menjadi node. Private blockchain terdesentralisasi sebagian.

Private blockchain digunakan untuk jaringan mata uang business-to-business (B2B), seperti Ripple dan Hyperledger.

3. Permissioned/consortium blockchain


Consortium blockchain sebenarnya mirip dengan private blockchain. Namun, apabila private blockchain diatur oleh entitas tunggal, consortium blockchain, seperti namanya, diatur oleh sekelompok entitas (konsorsium). Dengan begitu, consortium blockchain menjamin jaringan yang lebih terdesentralisasi dibanding private blockchain.

Baca juga: Merajut Mimpi Super Website BRI melalui Digital Mindset

Blockchain di BRI

Pegawai BRI menggunakan teknologi blockchain di Tebuchain

Semakin masifnya penggunaan teknologi blockchain membuat BRI berinisiatif untuk membentuk tim khusus blockchain, yaitu Blockchain Center of Excellence. Tim ini dibentuk pada Januari 2022 dan menjadi bagian dari Divisi Digital Banking Development & Operation. 

Dengan segala persiapannya, Blockchain Center of Excellence akan menjadi ujung tombak pengembangan teknologi blockchain di BRI. Selain pembentukan tim khusus di internal, saat ini BRI bersama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI juga sedang mengembangkan sebuah aplikasi berbasis blockchain untuk petani tebu, TebuChain.

TebuChain, Aplikasi Blockchain untuk Rantai Industri Gula

PTPN XI Tandatangani Nota Kesepahaman dengan BRI terkait pengembangan TebuChain

TebuChain adalah aplikasi blockchain untuk memudahkan mata rantai industri gula, khususnya antara mitra tani tebu, PTPN XI, dan BRI. Platform ini menjadi wujud nyata rencana pemerintah untuk swasembada gula di tahun 2024. 

TebuChain membantu seluruh mata rantai industri gula, mulai dari pengadaan bibit tebu, pengolahan, hingga pembiayaan atau permodalan usaha. Ini karena salah satu masalah utama dalam mata rantai tersebut adalah sulitnya petani tebu dalam memperoleh kredit usaha, khususnya untuk biaya tebang, muat, dan angkut (TMA) produksi tebu. 

Di tahap awal pengembangannya, TebuChain difungsikan untuk mengetahui loyalitas petani terhadap suatu pabrik gula (logistic gains). Petani harus menyetor olahan tebunya ke satu pabrik gula yang telah ditentukan, tidak boleh dilarikan ke pabrik gula lain. 

Teknologi blockchain mendukung fungsi tersebut berkat transparansi data dalam jaringannya. Sehingga, baik aliran dana maupun gula dapat dipantau secara transparan dan adil oleh semua pihak. 

Berkat blockchain pula, TebuChain berhasil menunjukkan tingkat loyalitas petani kepada pabrik gulanya yang mencapai 97 persen. Tingkat loyalitas yang dapat dipantau ini menjadi salah satu indikator untuk menentukan skoring terhadap kualitas kredit petani. Dengan begitu, BRI dapat menyalurkan kredit kepada para petani dan terus mendampingi mereka.

BRI Ventures x Tokocrypto, Dukungan BRI untuk Pengembangan Blockchain


BRI Venture dan Tokocrypto bekerja sama dalam pengembangan Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator

Bulan Januari 2022 juga menjadi tonggak sejarah lain bagi BRI dalam mendukung perkembangan blockchain di Indonesia. Melalui anak usahanya, BRI Ventures, BRI berkolaborasi dengan Tokocrypto dalam pengembangan Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). Program ini bertujuan untuk memberdayakan proyek startup yang memanfaatkan blockchain sebagai tulang punggung teknologinya.

Kerja sama BRI Ventures dan Tokocrypto bertujuan untuk mendorong Indonesia sebagai digital powerhouse melalui blockchain startup Tanah Air agar bisa tampil di panggung dunia. Program TSBA meliputi berbagai aspek pengembangan, seperti:

  • Pengembangan teknologi blockchain
  • Manajemen tokenomics (model ekonomi dalam aset kripto);
  • Pembentukan budaya startup;
  • Pendampingan untuk listing;
  • Penggalangan dana (fundraising).

Dari sisi penggalangan dana, BRI melalui BRI Ventures akan fokus berpartisipasi di dua aspek pendanaan, yakni crypto fundraising dan venture fundraising untuk para blockchain startup. Ini artinya, BRI mendukung sepenuhnya pengembangan ekosistem blockchain dan industri startup di Indonesia. 

Baca juga: Katalon, Automation Testing Tool Andalan Bank BRI

Menjadi Blockchain Specialist dan Blockchain Developer di BRI

Blockchain Specialist dan Blockchain Developer BRI

Dalam pengembangan blockchain di BRI, tentunya kami membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan berkualitas di bidangnya agar bisa membantu BRI dalam menciptakan ekosistem blockchain terdepan. Untuk itulah, kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin berkarier sebagai Blockchain Specialist dan Blockchain Developer BRI. 

Meskipun keduanya sama-sama mengembangkan blockchain, Blockchain Specialist dan Blockchain Developer memiliki tanggung jawab yang berbeda. Blockchain Specialist bertugas menyusun strategi dan adopsi blockchain pada industri keuangan terutama pada perbankan, sedangkan Blockchain Developer bertugas mendesain dan membangun aplikasi berbasis blockchain dari strategi tersebut. 

Berikut adalah kualifikasi Blockchain Specialist (BS) dan Blockchain Developer (BD):

  • Berlatar belakang pendidikan Sistem Informasi, Teknik Informatika, Ilmu Komputer, atau jurusan terkait lainnya (BS, BD);

  • Memiliki pengalaman minimal 2 tahun di bidang blockchain, termasuk analisis, desain, dan pengembangan sistem smart contract (BS, BD);

  • Mampu mengidentifikasi stakeholder potensial untuk bekerja sama dalam adopsi platform berbasis blockchain (BS);

  • Memiliki portfolio dalam pengembangan blockchain atau aplikasi smart contract menggunakan DSLs di blockchain/smart contract seperti Solidity, DAML dan lainnya, serta platform blockchain seperti Hyperledger, Corda, dan lainnya (BD);

  • Mampu membuat white paper dan presentasi yang menarik (BS, BD);

  • Memiliki kemampuan dokumentasi, problem-solving, dan analisis yang baik (BS, BD);

  • Memiliki kemampuan komunikasi dan empati terhadap seluruh stakeholder (BS, BD);

  • Mampu merancang skema komunikasi dan ekosistem platform digital-based (BS, BD);

  • Fokus terhadap detail, mandiri, dan mampu mengerjakan beberapa proyek di satu waktu (BS, BD);

  • Memiliki pengetahuan di bidang Enterprise Architecture menjadi nilai tambah (BS, BD);

  • Berpengalaman 1 tahun di startup teknologi menjadi nilai tambah (BS, BD).


Melalui penerapan blockchain pada studi kasus yang tepat serta didukung oleh perpaduan blockchain dengan artificial intelligence (AI) dan machine learning, BRI akan semakin memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Maka, jika Anda ingin mendalami blockchain, bergabunglah dengan tim kami dan mari kembangkan blockchain bersama BRI.


Nitia Rahmi
Team Leader Blockchain Center of Excellence
Digital Banking Development & Operation Division