Memasuki era Revolusi Industri 4.0, artificial intelligence alias kecerdasan buatan terus berkembang pesat. Saat ini, berbagai pekerjaan manusia sudah dapat dilakukan machine learning. Di industri perbankan, salah satu peran artificial intelligence adalah terkait manajemen risiko. Kemampuan machine learning untuk menganalisis big data baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur dapat meningkatkan kemampuan analisis terkait manajemen risiko sehingga aktivitas perbankan menjadi lebih mudah dan aman.
Di satu sisi, menurut The World Bank’s Global Financial Inclusion Index, 96 juta penduduk Indonesia belum memiliki rekening perbankan. Hal inilah yang kemudian dilihat BRI sebagai sebuah tantangan sekaligus peluang untuk memanfaatkan kekuatan analisis dari artificial intelligence dan machine learning untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pelanggan dan pasar. Salah satunya adalah pengembangan manajemen risiko berbasis AI dengan Cloud Vision API. Dengan teknologi ini, sistem BRI dapat terintegrasi dengan data kependudukan resmi dari pemerintah sehingga proses verifikasi data calon nasabah baru dapat dengan mudah dilakukan lewat facial recognition. Proses verifikasi ini dapat dilakukan secara cepat bahkan oleh agen BRILink sekalipun, sehingga memudahkan BRI menjangkau calon nasabah di pelosok daerah.
Seiring dengan perkembangan kecerdasan buatan tersebut, BRI juga menyeimbangkan dengan peningkatan keamanan infrastruktur teknologi informasinya dengan mengembangkan BRIForce, fraud detection service yang dapat bekerja secara real time. BRIForce dikembangkan menggunakan Cloudera Data Science Workbench dan Apache Kafka. Sistem deteksi ini memungkinkan BRI memproses dan mengamati anomali yang ditemukan dalam event streams dari berbagai kanal seperti ATM, EDC dan e-banking. Bila dengan sistem lama tim anti-fraud memerlukan waktu antara dua minggu hingga dua bulan untuk mendeteksi penipuan, maka melalui BRIForce membuat proses berlangsung instan. Artificial intelligence dan machine learning telah membuat BRI memperkuat program-program yang meningkatkan keamanan data dan tata kelola selagi memberikan pelayanan terbaik bagi 70 juta nasabah BRI dan calon nasabah baru BRI di seluruh tanah air, menciptakan inklusi keuangan yang nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Erick Hendra Putra Alwando Programmer AI - Digital Center Of Excellence Division
Kecerdasan Buatan Untuk Tingkatkan Ekonomi Kerakyatan
Di industri perbankan, salah satu peran kecerdasan buatan adalah terkait manajemen risiko.
Memasuki era Revolusi Industri 4.0, artificial intelligence alias kecerdasan buatan terus berkembang pesat. Saat ini, berbagai pekerjaan manusia sudah dapat dilakukan machine learning. Di industri perbankan, salah satu peran artificial intelligence adalah terkait manajemen risiko. Kemampuan machine learning untuk menganalisis big data baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur dapat meningkatkan kemampuan analisis terkait manajemen risiko sehingga aktivitas perbankan menjadi lebih mudah dan aman.
Di satu sisi, menurut The World Bank’s Global Financial Inclusion Index, 96 juta penduduk Indonesia belum memiliki rekening perbankan. Hal inilah yang kemudian dilihat BRI sebagai sebuah tantangan sekaligus peluang untuk memanfaatkan kekuatan analisis dari artificial intelligence dan machine learning untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pelanggan dan pasar. Salah satunya adalah pengembangan manajemen risiko berbasis AI dengan Cloud Vision API. Dengan teknologi ini, sistem BRI dapat terintegrasi dengan data kependudukan resmi dari pemerintah sehingga proses verifikasi data calon nasabah baru dapat dengan mudah dilakukan lewat facial recognition. Proses verifikasi ini dapat dilakukan secara cepat bahkan oleh agen BRILink sekalipun, sehingga memudahkan BRI menjangkau calon nasabah di pelosok daerah.
Seiring dengan perkembangan kecerdasan buatan tersebut, BRI juga menyeimbangkan dengan peningkatan keamanan infrastruktur teknologi informasinya dengan mengembangkan BRIForce, fraud detection service yang dapat bekerja secara real time. BRIForce dikembangkan menggunakan Cloudera Data Science Workbench dan Apache Kafka. Sistem deteksi ini memungkinkan BRI memproses dan mengamati anomali yang ditemukan dalam event streams dari berbagai kanal seperti ATM, EDC dan e-banking. Bila dengan sistem lama tim anti-fraud memerlukan waktu antara dua minggu hingga dua bulan untuk mendeteksi penipuan, maka melalui BRIForce membuat proses berlangsung instan. Artificial intelligence dan machine learning telah membuat BRI memperkuat program-program yang meningkatkan keamanan data dan tata kelola selagi memberikan pelayanan terbaik bagi 70 juta nasabah BRI dan calon nasabah baru BRI di seluruh tanah air, menciptakan inklusi keuangan yang nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Erick Hendra Putra Alwando Programmer AI - Digital Center Of Excellence Division