PODCAST

Peluang Metaverse sebagai New Digital Economy dan Masa Depannya di BRI

Metaverse adalah dunia virtual yang dihuni oleh perwujudan manusia dalam bentuk avatar dan objek 3D. Ketahui selengkapnya mengenai teknologi metaverse di sini.

Muhammad Ghifary

Muhammad Ghifary

25 Maret 2022 • 6 mins reading

Peluang Metaverse sebagai New Digital Economy dan Masa Depannya di BRI

Kita masih ingat ketika pendiri sekaligus CEO Facebook Mark Zuckerberg memperkenalkan Meta sebagai pengganti Facebook pada Oktober 2021 lalu. Melalui press release-nya, Meta mengklaim akan “fokus membawa metaverse menjadi nyata dan membantu masyarakat untuk menjalin koneksi, menemukan komunitas, dan mengembangkan bisnis.”

Momentum tersebut menjadi awal bagi berbagai perusahaan untuk membangun ekosistem metaverse, tak terkecuali di Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersiap dengan Metaverse Indonesia sebagai bentuk pengembangan teknologi metaverse di Tanah Air. Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, BRI turut berkontribusi untuk mewujudkan proyek tersebut. 

Maka, dapat dikatakan bahwa metaverse adalah proyek yang serius digarap. Untuk itu, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu mengenai apa itu metaverse, peluangnya di industri perbankan, hingga pemanfaatannya di BRI.

Apa Itu Metaverse: Pengertian dan Peluangnya di Industri Perbankan

Mengenal metaverse dan peluangnya di industri perbankan

Pengertian Metaverse


Istilah metaverse sendiri pertama kali muncul dalam novel Snow Crash karya Neal Stephenson. Novel yang terbit pada tahun 1992 tersebut dianggap sebagai pencetus konsep perpaduan dunia virtual dengan dunia nyata. Berangkat dari konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa metaverse adalah dunia virtual yang dihuni oleh perwujudan manusia dalam bentuk avatar dan diisi oleh berbagai objek tiga dimensi (3D). 

Idealnya, apa pun yang ada di metaverse merupakan representasi dari dunia nyata. Avatar 3D merepresentasikan manusia, sementara tanah, pepohonan, bangunan, jalanan—semuanya merupakan digital asset dari dunia yang sebenarnya. Kita mengenalnya dengan istilah digital twin, yakni apa yang ada di metaverse merupakan ‘kembaran’ dari yang ada di dunia nyata.

Analoginya seperti ini: bayangkan Anda berbelanja di e-commerce. Anda memilih barang favorit dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja virtual. Kemudian, Anda melakukan transaksi dan pembayaran, dan barang pesanan pun datang ke rumah. 

Hal serupa bisa Anda lakukan di metaverse, tentunya dengan experience yang berbeda. Apabila saat ini Anda mengetik dengan jemari di mobile phone, maka di metaverse, Anda menggunakan gestur tangan (hand gesture) yang direfleksikan oleh avatar. Melalui perangkat Virtual Reality (VR), seperti Oculus milik Meta atau Microsoft HoloLens, Anda dapat menjelajahi dunia virtual metaverse dengan pengalaman seolah-olah seperti di dunia nyata (immersive experience). 

Baca juga: 10 Pekerjaan Bidang IT di BRI, Menjanjikan untuk Masa Depan

New Digital Economy dan Peluang Industri Perbankan di Metaverse

Pengaruh metaverse sebagai new digital economy

Sebagai representasi dunia nyata, metaverse telah membuka peluang new digital economy di mana pengguna dapat membuat, membeli, dan menjual aset virtual dalam bentuk non-fungible tokens (NFT). Ini sesuai dengan visi Zuckerberg sebagai CEO Meta, yakni berusaha “menghidupkan metaverse”. Ia pun berkata bahwa nama “Meta” telah mencerminkan apa yang saat ini mereka lakukan: fokus terhadap pengembangan metaverse dibanding Facebook (metaverse-first, not Facebook-first).

Maka, berbicara mengenai new economy di dalam metaverse, artinya berbicara pula mengenai perputaran uang di sana. Dalam penerapannya, financial service seperti perbankan akan tetap relevan untuk menyambut kedatangan bentuk ekonomi digital di metaverse. Mengutip buku Bank 4.0: Banking Everywhere, Never at a Bank karya Brett King, ada beberapa prinsip utama (first principles) dalam fungsi perbankan yang selalu relevan sepanjang zaman, yakni:

a. A value store, kemampuan bank untuk menyimpan uang dengan aman;

b. Money movement, kemampuan untuk memindahkan uang dengan aman;

c. Access to credit, kemampuan untuk meminjamkan uang jika memang dibutuhkan. 

Perkembangan teknologi tidak menghilangkan ketiga fungsi di atas, namun mengubah cara perbankan melakukan fungsi-fungsi tersebut. Sebagai contoh, teknologi digital dan Internet memungkinkan konsep digital banking dapat berjalan, sebagai alternatif dari branch banking. Metaverse dapat dipandang sebagai bagian dari evolusi teknologi Internet yang sangat berpotensi menghadirkan fungsi perbankan dengan cara yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pertanyaannya adalah, perbankan dengan experience seperti apa yang cocok di metaverse?

Kita lihat sejenak ketika BRI mulai menawarkan layanannya melalui digital channel seperti internet banking, mobile banking, hingga media sosial. Atau ketika Sabrina, chatbot BRI, dapat membantu layanan customer service bagi nasabah. Hasilnya, semua itu benar-benar membantu nasabah BRI untuk memperoleh layanan finansial yang mudah, cepat, dan aman.

Hal serupa nyatanya dapat diaplikasikan di metaverse dalam meningkatkan experience pengguna khususnya di dunia 3D. Sebagai contoh, teknologi metaverse memungkinkan BRI untuk membuka representasi kantor cabang virtual dengan pelayanan dan interaksi kepada nasabah yang umumnya dirasakan pada kantor cabang fisik. 

Kemudian, sebagai pendukung infrastruktur metaverse, perbankan juga dapat membantu pengembangan ekosistem metaverse melalui ekstensi konsep open banking. Dalam konteks ini, BRI memiliki BRIAPI, layanan Application Programming Interface (API) yang memudahkan integrasi antara layanan perbankan BRI dengan platform atau aplikasi yang dimiliki pihak eksternal sehingga layanan BRI dapat hadir pada berbagai ekosistem di luar perbankan. 

Ke depannya, tidak menutup kemungkinan bahwa BRIAPI dapat menyediakan produk API yang relevan untuk diterapkan di dalam ekosistem partner BRI ketika mereka bergabung di metaverse. Ini karena BRI selalu berupaya mengeksplorasi dan mengkaji tren teknologi yang ada demi menemukan product-market fit, terutama dalam konteks metaverse

Oleh karenanya, meskipun metaverse masih berada di tahap awal, BRI memiliki aspirasi untuk menjadi first mover, yaitu berperan sebagai bank di Indonesia yang terdepan dalam mengadopsi metaverse lebih awal. Selagi mencari product-market fit, BRI juga terus mempersiapkan amunisi yang kami percaya dapat membantu perusahaan untuk relevan di metaverse.
 

Langkah Awal Metaverse di BRI: Immersive Collaboration dan Brand Awareness


Immersive Collaboration


Salah satu bentuk persiapan tersebut adalah melakukan immersive collaboration. Beberapa rapat dan koordinasi internal mulai kami lakukan pada ruang virtual 3D di mana anggota tim hadir dalam bentuk avatar, dengan memanfaatkan VR headset Oculus Quest 2 dan aplikasi Horizon Workroom yang baru saja dikeluarkan oleh Meta. 

Rapat BRI di ruang virtual Horizon Workroom

Immersive collaboration melalui Horizon Workroom via VR headset mampu memberikan pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan rapat virtual yang sudah umum kita kenal saat ini, misalnya melalui Zoom atau Google Meet. Sejauh ini, kami bisa menilai bahwa rapat dan kolaborasi jarak jauh dengan memanfaatkan VR menjadi lebih efektif dan produktif, memberikan nuansa seperti bertemu secara fisik.

Kehadiran platform di VR seperti Horizon Workroom ini memberikan sinyal yang kuat bahwa cara kita berinteraksi di metaverse akan sangat berbeda dibandingkan dengan di dunia maya yang kita kenal saat ini, memiliki sensasi yang semakin nyata, barangkali seperti yang digambarkan pada film Ready Player One. Jika teknologi VR ini terus berkembang, dengan perangkat yang semakin user-friendly dan murah, juga ditopang dengan jaringan 5G atau 6G yang semakin masif, maka barangkali di situlah titik disrupsi akan terjadi.


Brand Awareness

 Immersive collaboration dan Brand awareness sebagai langkah awal BRI di metaverse

Dari aspek brand awareness, BRI turut memperkenalkan diri sebagai bank yang siap hadir di metaverse. Caranya adalah dengan menghadiri event yang berkaitan dengan metaverse untuk mendalami market dan komunitas yang dapat engage bersama kami di dunia virtual ini demi mengeksplorasi potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan.

Salah satu upaya tersebut dapat dilihat melalui kehadiran BRI di virtual live concert Muterverse bertajuk “FIRST Immersive Live Show - Experience Live Music, Talks & Shops in Phygital Mall”. Acara yang diselenggarakan pada 22 Februari 2022 tersebut merupakan buah kerja sama antara Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) dan BRI.

Dalam acara tersebut, Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo menyatakan bahwa teknologi metaverse bukanlah sebagai pengganti interaksi antarmanusia, melainkan sebagai penyedia kesempatan baru melalui keterpaduan antara realitas fisik dengan realita virtual yang tak terbatas.

Pada kesempatan yang sama, BRI turut menekankan posisinya sebagai partner terpercaya bagi nasabahnya untuk memecahkan masalah mereka. Kuncinya adalah dengan memiliki customer-centric dan problem-oriented mindset serta mendengar lebih banyak suara dari generasi mana pun, termasuk future customer. Sehingga, BRI memastikan diri sebagai bank yang paling siap secara digital di antara yang lain. Pada akhirnya, kehadiran BRI di dunia meta diharapkan akan memicu inovasi-inovasi baru, tentunya melalui pemanfaatan berbagai new emerging tech ini.

Baca juga: Minimum Viable Product, Maju Perlahan untuk Menjadi Yang Terdepan


Visi BRI untuk Metaverse

Visi BRI untuk metaverse

Dengan seluruh persiapan ini, BRI akan terus berusaha untuk memperkuat identitasnya sebagai institusi microfinance terbesar di Indonesia yang menyediakan layanan finansial, terutama untuk segmen mikro dan ultramikro. Ketika metaverse dan teknologi pendukungnya semakin matang, kami berharap pelaku UMKM akan berperan besar dalam keterlibatan pada  ekosistem metaverse. Sehingga, inklusi keuangan Indonesia akan semakin jauh lebih baik. 

Kami membayangkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, berbagai teknologi yang dihadirkan metaverse dapat lebih terdemokratisasi dan mudah diakses lebih banyak kalangan, sehingga UMKM pun bisa on-board di dunia virtual ini, layaknya apa yang sudah dilakukan di ranah e-commerce lewat digital marketing. Ketika itu terjadi, harapannya dengan berbagai kegiatan eksploratif yang dilakukan saat ini, BRI sebagai penyedia layanan perbankan utama bagi UMKM sudah siap dengan semua yang dibutuhkan pelaku UMKM di metaverse

Untuk mencapai visi tersebut, tentunya masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan. Namun, perlu diingat bahwa BRI telah melewati era Web 1.0 yang merupakan generasi pertama internet, di mana belum ada interaksi sama sekali di dalamnya. 

BRI juga sukses melalui Web 2.0, yakni ketika budaya partisipatif tumbuh di internet melalui konten, media sosial, dan aksesibilitas yang tersebar luas. Dan kini, BRI sedang fokus mempersiapkan diri untuk menghadapi era Web 3.0 ini—era di mana teknologi disruptif seperti blockchain, artificial intelligence (AI), big data, Internet of Things (IoT), serta AR/VR yang menjadi elemen-elemen pembentuk metaverse dan mampu menghasilkan inovasi yang juga disruptif. 


Muhammad Ghifary
Division Head
Digital Banking Development & Operations Division