Metode Agile dan kerangka kerja Scrum membantu Bank BRI untuk terus berinovasi agar tetap relevan dan selalu menjawab kebutuhan masyarakat.
Muhammad Nuriko Giovanni Wibowo
30 Agustus 2021 • 5 mins reading
Era digital telah tiba. Revolusi teknologi berlangsung cepat tanpa henti. Puluhan hingga ratusan perusahaan berdiri demi menjawab kebutuhan masyarakat yang kian bervariasi, membuat berbagai sektor bisnis memperkuat diri untuk terus berkompetisi.
Maka sebagai bank tertua di Indonesia, Bank BRI tentunya tidak ingin tertinggal dengan perusahaan-perusahaan baru yang terus bermunculan. Kami perlu untuk terus beradaptasi agar tetap relevan. Untuk itu, kami harus mampu melihat berbagai masalah yang ada sebelum menciptakan produk yang mampu menjawab kebutuhan.
Oleh karenanya, kami membutuhkan sebuah metode manajemen proyek yang dapat membantu kami untuk terus beradaptasi hingga akhirnya bertransformasi. Di sinilah kami memanfaatkan metode Agile dan kerangka kerja Scrum sebagai kompas kami menuju masa depan.
Agile software development atau metode pengembangan software Agile merupakan pendekatan iteratif terkait manajemen proyek dan pengembangan software. Kunci dari metode Agile adalah kolaborasi antaranggota tim yang rapi dan terstruktur. Dengan menggunakan metode Agile dalam pengembangan suatu produk, artinya tim telah siap terhadap segala perubahan di tengah jalan yang sewaktu-waktu dapat mempengaruhi proses pengembangan produk.
Agile memiliki beberapa kerangka kerja. Namun, salah satu yang paling umum digunakan adalah Scrum. Secara garis besar, Scrum adalah framework yang memungkinkan sebuah tim untuk mengangkat suatu masalah kompleks dan menyelesaikannya secara adaptif, produktif, sekaligus kreatif.
Dari definisi di atas, maka Agile dapat diartikan sebagai kultur yang membentuk lingkungan kerja yang kolaboratif. Sementara itu, Scrum adalah langkah-langkah teknis sebuah tim dalam membangun kultur tersebut dan cara pengimplementasiannya di pekerjaan sehari-hari.
Meskipun penerapan metode Agile bergantung terhadap kebijakan masing-masing perusahaan, tetapi ada empat nilai dasar yang tertuang dalam Agile Manifesto dan selalu menjadi pegangan bagi tim yang menerapkan Agile. Keempatnya adalah:
Oleh karena itu, ketika sebuah tim menggunakan metode Agile dan berpedoman pada keempat nilai di atas, maka pekerjaan masing-masing anggota tim dapat berjalan beriringan tanpa harus ada keterkaitan satu sama lain. Semua dapat fokus mengerjakan tugasnya masing-masing. Pekerjaan berlangsung cepat, adaptif terhadap perubahan, serta menghasilkan produk yang selalu mengalami peningkatan kualitas dari waktu ke waktu.
Sebagai metode manajemen proyek dan pengembangan software, Agile sangat berbeda dengan pendahulunya, Waterfall. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada alur dan proses pekerjaan, yang kemudian berpengaruh terhadap kultur kerja yang terbentuk.
Alur kerja dalam metode Waterfall berbentuk linier sekuens. Artinya, setiap tahap pengembangan tidak boleh mendahului tahap yang lain. Suatu tahap pengembangan tertentu harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Kemudian, apabila ada kesalahan atau kegagalan di tengah rangkaian tahapan tersebut, maka tim harus mengulang pekerjaan dari tahap paling awal. Dengan demikian, hasil akhir suatu produk benar-benar harus menunggu semua tahapan selesai dilakukan.
Namun faktanya, berbagai kesalahan pasti terjadi dalam pengembangan sebuah produk. Maka dari itu, di era yang serba cepat seperti sekarang, memaksakan diri untuk terus menggunakan metode Waterfall bukanlah sebuah keputusan bijak. Ketika Anda masih fokus membenahi satu kesalahan dan produk belum bisa diluncurkan, Anda sudah jauh tertinggal dari kompetitor yang sudah mengeluarkan versi ke sekian dari produk mereka.
Ini karena kompetitor Anda memanfaatkan metode Agile. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Agile menggunakan pendekatan iteratif. Artinya, dalam setiap tahap pengembangan, atau yang dikenal sebagai incremental steps, selalu ada produk yang dihasilkan. Pengembangan produk di metode Agile menggunakan Minimum Viable Product (MVP) sebagai acuannya.
Seperti yang telah disebutkan di awal tulisan, Bank BRI sebagai bank tertua di Indonesia tidak ingin tertinggal oleh berbagai perusahaan baru yang bertumbuh. Saat ini, Bank BRI memang merupakan bank BUMN dengan kapitalisasi market terbesar. Namun, sebesar apa pun namanya, apabila kami tidak berinovasi, maka ke depannya kami akan kalah.
Maka dari itu, merespon betapa pentingnya inovasi yang diiringi kecepatan dan efektivitas kerja, divisi Digital Banking Development & Operation (DDB) Bank BRI mulai menerapkan metode Agile serta memilih Scrum sebagai framework kerja.
Dengan menggunakan metode Agile, kami mampu memangkas dan mengoptimalkan waktu pengembangan produk. Di sisi lain, produk yang kami rancang juga selalu menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna—tidak lagi berpatokan pada perencanaan dan dokumentasi semata. Secara bertahap, MVP dari produk kami pun akan terus diperbarui seiring dengan feedback yang diterima dan celah yang muncul dalam proses pengembangan.
Dalam praktiknya, kami menggunakan framework Scrum. Scrum terdiri atas satu rangkaian kegiatan yang dinamakan Sprint. Setiap kegiatan di dalam Sprint memiliki jangka waktu yang disesuaikan dengan seberapa lama satu Sprint akan berlangsung.
Kegiatan-kegiatan dalam satu rangkaian Sprint di divisi DDB Bank BRI adalah sebagai berikut:
Seluruh kegiatan dalam satu rangkaian Sprint dapat berjalan apabila tim memegang teguh tiga pilar Scrum: transparansi, inspeksi, dan adaptasi. Ketiganya pun secara konsisten kami terapkan di divisi DDB Bank BRI. Penjabaran tiga pilar tersebut adalah sebagai berikut:
Dengan mengimplementasikan nilai-nilai Agile dan langkah-langkah Scrum, kami dapat merilis produk lebih cepat, memperbaruinya secara berkala dan konsisten, melakukan iterasi produk lebih baik, hingga akhirnya membuat produk yang selalu relevan dengan kebutuhan pengguna. Dapat disimpulkan bahwa metode Agile dan Scrum membantu Bank BRI dalam melakukan transformasi digital. Salah satu hasilnya adalah wajah baru rumah kedua kami, website Bank BRI.
Di titik ini kami sadar bahwa zaman terus berubah. Ia tidak bisa dilawan. Ia hanya bisa diajak berkawan. Siapa pun yang ingin mencoba melawan zaman tidak akan bertahan lama di tengah masyarakat yang kian berganti.
Telah 125 tahun Bank BRI berdiri. Relevansi kami junjung tinggi. Maka dari itu, kami percaya bahwa Bank BRI akan tetap berada di hati apabila terus berinovasi. Membuka dan menyambut kesempatan dengan giat berkolaborasi. Di sinilah, Agile dan Scrum membuat Bank BRI mampu memposisikan diri di tengah tuntutan zaman yang tiada henti.
Muhammad Nuriko Giovanni Wibowo
Lead Product Manager
Divisi Digital Banking Development & Operations