Demi mengedepankan kualitas, BRI selalu menerapkan proses software quality assurance untuk setiap produk digital yang dihasilkan.
Maulana Aditya Rahman
15 April 2021 • 4 mins reading
Apa jadinya jika aplikasi mobile banking di smartphone Anda tiba-tiba eror di saat yang genting? Tentu saja ubun-ubun Anda akan mendidih oleh rasa kesal dan tak butuh waktu lama, Anda akan langsung melayangkan komplain ke pihak bank. Kasus-kasus seperti ini memang menciptakan ketidaknyamanan bagi user dari sebuah aplikasi. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya hal-hal seperti ini dan menjaga kualitas produk digital banking BRI, kami melakukan proses software quality assurance (SQA).
Software quality assurance adalah proses sistematis yang dilakukan untuk memeriksa apakah sebuah software ataupun fitur baru dari sebuah software dapat dijalankan sesuai dengan kebutuhan. Proses SQA di BRI dilakukan oleh QA Engineer.
Secara garis besar, tim SQA bertugas untuk melakukan pengecekan pada dua komponen penting dari sebuah aplikasi: fungsi dan performa. Komponen fungsi berkaitan dengan berjalan atau tidaknya setiap fitur sesuai fungsinya. Sementara itu, komponen performa berkaitan dengan ada atau tidaknya lag/hang ketika suatu fitur atau aplikasi sedang berjalan. Untuk memastikan kedua hal ini, tahapan-tahapan yang kami lakukan adalah:
Kami akan berpartisipasi dari proses desain aplikasi agar kami mengetahui seluk beluk aplikasi yang akan dikembangkan oleh tim developer. Di tahap ini, kami akan mempelajari flow aplikasi, serta memberikan saran dan masukan untuk aplikasi tersebut.
Saat aplikasi sedang dikembangkan, tim SQA akan membuat test case atau skenario berupa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika suatu aksi dilakukan terhadap sebuah fitur. Test case ini terbagi menjadi dua proses, yaitu secara manual dan otomatis. Untuk test case yang dieksekusi secara manual, kami akan mempersiapkan hal-hal apa saja yang perlu kami cek pada tahap testing, contohnya seperti menguji fitur log in. Sedangkan untuk test case yang dieksekusi secara otomatis, kami akan mempersiapkan automation scripts yang kemudian akan dijalankan oleh tim DevOps melalui aplikasi Jenkins yang diintegrasikan dengan aplikasi automated testing Katalon, testing yang dilakukan adalah pengecekan kualitas dan vulnerability dari suatu code. Kami juga akan menciptakan dua test case, yaitu positive case dan negative case:
Setelah pengembangan aplikasi selesai, tim SQA akan mengeksekusi test case yang telah dibuat. Jika ditemukan permasalahan pada tahap pengujian ini, kami akan melakukan dokumentasi. Dokumentasi ini berbentuk catatan yang kami tulis dalam sebuah excel sheet disertai bukti berupa screenshot. Tools yang kami gunakan untuk melakukan pencatatan dokumentasi adalah Confluence. Tools ini sangat berguna karena kami bisa bertukar informasi dengan tim lain secara cepat dan efisien.
Apabila terdapat masalah berupa eror atau bug, maka aplikasi akan diserahkan kembali ke tim developer. Namun, jika yang ditemukan adalah masalah system security, maka kami akan menyerahkannya kepada Desk Information and Security (ISC). Untuk mempermudah kolaborasi antar tim, kami menggunakan tools bernama Jira. Tools ini memang unggul dalam pemetaan dan pengelolaan alur kerja sehingga kami dapat bekerja dengan cepat dan akurat.
Setelah aplikasi diluncurkan, tim SQA akan melakukan post-deployment test, yakni pengecekan kembali aplikasi maupun fitur-fitur baru sesuai dengan dokumentasi pada tahap testing. Jika aplikasi maupun fitur-fitur tersebut sudah bisa digunakan dengan baik, kami juga akan mengecek rincian-rincian lain pada aplikasi.
Setiap periode tertentu, kami akan kembali melakukan review terhadap aplikasi yang telah dirilis. Kami akan menghimpun bug dan komplain yang ditemukan oleh pengguna. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas aplikasi serta layanan BRI kepada para pengguna setia kami.
Bagi tim SQA, semakin sedikit bug dan komplain terhadap suatu aplikasi tentunya akan menjadi kepuasan tersendiri. Apalagi, semua aplikasi yang dikembangkan BRI pada dasarnya mengarah ke perkembangan bisnis kami. Oleh karena itu, jika ada satu aplikasi saja yang tidak berjalan dengan baik, maka dampaknya juga akan terasa bagi bisnis BRI secara keseluruhan.
Jika Anda ingin menjadi salah satu bagian dari keluarga SQA BRI, Anda harus memiliki pengalaman dalam bidang Informasi dan Teknologi (IT). Setidaknya, Anda memahami coding dan mengenal automation testing. Maka dari itu, lulusan Sistem Informasi atau Teknik Informatika sangat cocok untuk berkarier bersama kami.
Tidak hanya itu saja. Seorang QA Engineer di BRI juga harus memiliki ketelitian dan keuletan yang luar biasa. Dikarenakan, kami dilibatkan sejak awal pembuatan aplikasi hingga perancangan berbagai skenario untuk dilakukan tes. Kami juga dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik kepada sesama rekan kerja. Selain itu, rasa ingin tahu yang tinggi turut membantu kami untuk tetap kritis dan jeli agar aplikasi yang dikembangkan benar-benar sempurna.
Ketika Anda sudah menjadi bagian dari tim SQA BRI, maka kemampuan Anda akan semakin terasah. Dikarenakan, selain menuntaskan pekerjaan semua anggota tim SQA secara berkala juga mengikuti training dan sertifikasi demi mendalami expertise di bidang software quality assurance.
Satu pesan dari kami, tim SQA, untuk Anda yang ingin berkarier di bidang ini: jangan takut untuk memulai. Bagi kami, menjadi SQA di BRI merupakan tantangan sekaligus kebanggaan tersendiri karena kami adalah penjaga kualitas produk digital BRI. Jika ditemukan masalah pada aplikasi, kami yang akan berada di garda terdepan. Ini semua dilakukan demi kenyamanan nasabah setia BRI.
Maulana Aditya Rahman
Software Quality Assurance Engineer
Divisi Digital Banking Development and Operation