Kunci dari sebuah desain aplikasi adalah empati
Emirpasha Bhaskara Kisyanto
16 Maret 2021 • 3 mins reading
Saat ini, generasi milenial masih menjadi generasi dengan populasi produktif terbanyak di dunia. Di Indonesia sendiri, data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2018 mencatat bahwa populasi generasi milenial di Indonesia telah mencapai sekitar 90 juta orang. Terkenal sebagai generasi digital pertama, milenial dengan jumlah besar ini telah mengubah model bisnis di berbagai industri, termasuk industri perbankan.
Digitalisasi produk menjadi kunci BRI untuk merespon kebiasaan milenial. Tak hanya sampai disitu, BRI juga harus bisa menarik perhatian milenial. Untuk menyesuaikan dengan gaya hidup milenial yang serba praktis; terciptalah produk pinjaman digital pertama yang bernama Ceria. Aplikasi Ceria dikembangkan sebagai aplikasi yang berbasis digital dengan berbagai keunggulan fitur seperti sistem digital verification, digital scoring, dan digital signature yang dapat mempermudah proses pengajuan pinjaman dalam waktu tak lebih dari 10 menit, begitu juga dengan tenor yang fleksibel hingga 12 bulan.
Selain fungsi dari aplikasi, kenyamanan penggunaan aplikasi juga menjadi salah satu faktor yang menentukan apakah user akan bertahan menggunakan aplikasi tersebut atau tidak. Untuk mengetahui ukuran kenyamanan calon penggunanya, BRI melakukan riset dengan cara wawancara dan mengumpulkan data-data yang relevan dengan kebiasaan target pengguna, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hipotesis yang kami bentuk sebelum melakukan riset adalah nasabah yang memiliki kebiasaan konsumsi tinggi, cenderung suka menghabiskan uang mereka untuk berbelanja dan tidak terlalu peduli dengan uang yang dimiliki. Namun, kami mendapatkan fakta yang sedikit berbeda setelah melaksanakan riset di Jakarta dan 3 kota lainnya yaitu Bandung, Surabaya dan Makassar. Dari hasil riset ini, kami menemukan fakta bahwa user yang konsumtif itu memiliki ciri-ciri:
a. Sangat kalkulatif dalam merencanakan pengeluaran dan memiliki ruang terbatas untuk aktivitas belanja ekstra
b. Segmen konsumen ini melakukan cicilan untuk barang-barang fisik, seperti elektronik, fashion, dan alat rumah tangga. Belum ada kebiasaan untuk mencicil barang seperti tiket pesawat dan liburan.
c. Segmen konsumen ini sudah terekspos dengan berbagai macam penyedia layanan cicilan dan memiliki loyalitas yang sangat rendah terhadap berbagai layanan tersebut
d. Segmen konsumen ini mengerti credit line yang ditawarkan oleh aplikasi Sahabat dan mengasosiasikan fitur tersebut dengan produk kartu kredit
e. Segmen konsumen ini mengapresiasi pengajuan cepat, transparansi tagihan transaksi, dan mengharapkan bisa menggunakan Ceria di channel online & offline
Dari hasil riset yang terkumpul, kami memahami bahwa produk baru seperti Ceria harus memiliki konsep yang berbeda dari produk bank lainnya. Sebab, Ceria adalah produk digital banking pertama yang dibentuk untuk menjadi human centered based product karena elemen desain yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para konsumen. Kami melakukan beberapa perubahan positioning product dan mengembangkan fitur-fitur Ceria yang sesuai dengan posisinya sebagai salah satu digital lending pertama yang dikembangkan oleh bank untuk berkompetisi dengan platform digital lending yang sudah ada seperti akulaku dan home credit.
Setelah menggali informasi dan merancang semua konsep dalam aktivitas regroup dan insights breakdown, kami masuk ke tahap pengerjaan berikutnya yaitu pengerjaan wireframe design. Tahap ini dimulai dengan low-fidelity design, yaitu kami merancang seluruh elemen pada desain tersebut dalam bentuk hitam putih agar kita bisa mengetahui penempatan seluruh informasi dengan terstruktur dan jelas. Proses ini penting dilakukan pada pengembangan aplikasi Ceria karena dengan banyaknya fitur yang dibuat, user journey dalam penggunaan aplikasi ini harus dapat tergambarkan dengan jelas dan praktis.
Setelah wireframe low fidelity berhasil membentuk kerangka dari user journey, desain tersebut harus diuji coba terlebih dahulu ke nasabah agar kita bisa mempelajari apakah desain yang sudah dibuat itu sesuai ekspektasi dan sudah memenuhi semua kebutuhan pengguna atau belum. Setelah mendapatkan masukan dari hasil uji coba produk tersebut, maka tahap selanjutnya adalah pengembangan desain high fidelity, dimana finalisasi elemen seperti pemilihan warna, ikon, gambar dan tipografi yang sesuai sudah masuk ke produk Ceria.
Akhirnya, terciptalah desain Ceria yang secara keseluruhan terlihat sederhana, minimalis namun tetap informatif dan modern, yang sesuai dengan karakter generasi milenial yang menjadi target utama pengguna platform ini. Meskipun secara visual desainnya terlihat sederhana, namun kami dapat mengakomodir semua detail informasi yang dibutuhkan untuk proses verifikasi perbankan. Berbeda dengan BRI yang menggunakan warna biru dan jingga sebagai warna dasar, Ceria memiliki identitas sebagai sebuah produk tersendiri. Ini karena image brand BRI yang sudah terkenal sebagai korporat raksasa tidak sesuai dengan karakteristik konsumen digital lending yang lebih muda dan dinamis. Warna ungu dipilih sebagai warna dasar karena merefleksikan semangat dan energi konsumen muda yang senang berbelanja.
Berbagai interaksi mikro juga diaplikasikan pada produk dalam rangka membantu user untuk mengajukan, mengelola kredit serta terhubung dengan berbagai merchant yang bekerjasama dengan BRI. Salah satu user experience unggulan dari Ceria adalah penggunaan facial recognition untuk proses verifikasi saat pengajuan kredit sehingga pengguna tak perlu lagi repot mengisi formulir identitas serta proses tanda tangan yang rumit.
Emirpasha Bhaskara Kisyanto
UI/UX Designer